Tsunami Megathrust Mengintai Banten, Para Agamawan Diminta Turun Tangan
Senin,22 Mei 2023

CILEGON – Beberapa Tahun Belakangan ini, Banten terutama Cilegon kerap diisukan dengan bencana alam gempa bumi dan tsunami Megathrust. Isu ini bahkan semakin memanas ketika para indigo membumbui dan membenarkan berdasarkan penglihatan mata ketiganya.
Sontak. Masyarakat pun dibuat khawatir dan ketakutan denga isu tersebut.
Nami beruntung, sampai saat ini isu tersebut masih belum menjadi kenyataan. Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon terus melakukan advokasi terhadap ancaman bencana tersebut. Salah satunya dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) & Town Watching; Studi Identifikasi Lokasi Prioritas dan Analisis Risiko Bencana Tsunami di Wilayah Barat (Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang digelar di Aston Hotel Cilegon, Rabu, 17 Mei 2023.
Menurut Periset Kebencanaan Geologi dari Badan Riset dan Inovasi Naisonal (BRIN) Qoriatul Zuhro mengatakan, memang isu tsunami Megathrust ini begitu hangat dan memancing banyak orang ingin tahu.
“Agak susah juga jika kita tidak menyebut demikian. Karena hasil beberapa kajian, hasilnya seperti itu. Sehingga kita pun menyebut demikian,”katanya kepada media,beberapa waktu lalu.
Namun demikian kata dia, isi ini harus tetap disampaikan. Akan tetapi jangan sampai kemudian menjadi gaduh. Harus ada pemberitaan yang mendidik agar masyarakat terdekat tidak takut dengan bencana.
“Tsunami itu kan tidak akan menjadi ramai jika terjadi jauh dari permukiman manusia. Nah sekarang kan persoalannya berdasarkan hasil kajian, tsunami itu akan terjadi di Pulau Jawa.Meski belum bisa dipastikan dimana titik lokasinya dan kapan kejadiannya,” ujar Qoriatul Zuhro.
Menurutnya, karena bencana ini ada di depan hidung atau di depan mata,maka sudah seyogyanya pemerintah,industri, dan para kaum Agamawan turu tangan untuk memberikan advokasi agar masyarakat tidak takut dengan bencana.
“Tapi sebaliknya, kita harus bersahabat dengan bencana. Dengan mengetahui risiko bencan. Dengan melakukan mitigasi bencana,dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Lebih lanjut kata dia, keterlibatan kaum Agamawan seperti ustadz,kiai, dan kaum Agamawan lainnya ini sangat penting. Ini dikarenakan apa yang disampaikan mereka lebih didengar daripada para periset kebencanaan.
“Kaum Agamawan harus turun tangan untuk turut serta mengadvokasi terkait pentingnya kita bersahabat dengan bencana,” ujar dia.
Meski demikian kata dia, sampai saat ini, para ahli belum bisa memprediksi kapan tsunami Megathrust itu bakal terjadi.
“Tapi setidaknya kita berharap itu tidak terjadi. Walaupun hasil kajian membuahkan hasil yang tidak diinginkan,” tandasnya.
Diketahui berdasarkan data sejarah, 23 Agustus 1883 Gunung Krakatau Meletus. Dampak dari meletusnya Gunung Krakatau tersebut menewaskan korban sebanyak 23 ribu orang di sepanjang jalur Anyer sampai Carita. Padahal saat itu, permukiman masih sepi dan belum ada industri.
Sedangkan kelurahan yang mengikuti kajian ini ada enam kelurahan yaitu Kelurahan Mekarsari,Kelurahan Tamansari,Kelurahan Lebak Gede,Kelurahan Gerem, Kelurahan Kubangsari,dan Kelurahan Gunungsugih.(el/red)